RAS, ETNIS, KELAS SOSIAL, JENIS KELAMIN
Karakteristik masyarakat majemuk
dapat kita kenali dari cara golongan warga masyarakat. Kita dapat menggolongkan
masyarakat berdasarkan 6 kriteria, yaitu berdasarakan ras, suku bangsa, klan,
profesi, agama, dan jenis kelamin
Keragaman manusia bukan berarti manusia itu
bermacam-macam atau berjenis-jenis seperti halnya binatang atau
tumbuhan.Manusia sebagai makhluk Tuhan tetaplah berjenis satu. Keragaman
manusia yang dimaksudkan bahwa setiap manusia memiliki perbedaan. Perbedaan itu
ada karena manusia adalah makhluk individu yang setiap individu memiliki
ciri-ciri khas tersendiri.
Selain makhluk individu, manusia juga makhluk
sosial yang membentuk kelompok persekutuan hidup. Tiap kelompok persekutuan
hidup manusia juga beragam. Masyarakat sebagai persekutuan hidup itu berbeda
dan beragam karena ada perbedaan., misalnya dalam ras, suku, agama, budaya,
ekonomi, status sosial, jenis kelamin, daerah tempat tinggal, dan lain-lain. Hal yang demikian kita katakana sebagai unsur-unsur yang membentuk
keragaman dalam masyarakat.
Dibawah ini akan dibahas lebih jelas
lagi tentang Ras, Etnis, Kelas Sosial, dan Jenis
Kelamin yaitu sebagai berikut :
A. Ras
Kata ras berasal dari bahasa Prancis dan Italia, yaitu razza. Pertama
kali istilah ini diperkenalkan Franqois Bernier, antropologi Prancis untuk
mengemukakan gagasan tentang pembedaan manusia berdasarkan kategori atau
karakteristik warna kulit dan bentuk wajah. Setelah itu, orang lalu menetapkan
hierarki manusia berdasarkan karakteristik fisik atau biologis.
Berdasarkan karakteristik biologis, pada umumnya manusia dikelompokkan dalam
beragai ras. Manusia dibedakan menurut bentuk wajah, rambut, tinggi badan,
warna kulit, mata, hidung, dan karakteristik fisik lainnya. Jadi, Ras adalah
perbedaaan antara manusia menurut atau berdasarkan ciri fisik biologis (bawaan yang sama). Ciri utama pembeda antara ras yaitu ciri alamiah rambut pada badan,
warna alami rambut, kulit, dan iris mata, bentuk lipatan penutup mata, bentuk
hidung serta bibir, bentuk kepala dan muka, ukuran tinggi badan.
Menurut koentjaraningrat, Ras adalah golongan manusia yang menunjukkan
berbagai ciri-ciri lahiriah (morfologi) atau ciri-ciri anggota tubuh yang dapat
diukur (ciri fenotip kuantitatif). Ciri
fisik ini antara lain adalah warna kulit,
jenis rambut, bentuk hidung, bentuk mata, dan sebagainya. Contohnya
: Di lingkungan tempat tinggal Nurul di Jl. HM Swignyo Gg. Swignyo 1, terdapat
beberapa orang yang memiliki ras yang berbeda. Ada yang berkulit sawo
matang, kuning langsat,
putih dan berambut lurus, keriting, bergelombang dan sebagainya. Perbedaan ciri
fisik itu dapat terjadi karena beberapa faktor, antara lain kondisi geografis
dan iklim, faktor makanan, dan faktor perkawinan.
Kondisi
geografis dan iklim dapat mempengaruhi bentuk fisik. Misalnya, orang-orang yang
hidup didaerah dingin bentuk hidungnya lebih panjang dan menonjol. Bentuk
hidung yang lebih panjang dan menonjol itu akan membantu orang-orang yang hidup
didaerah dingin untuk memanaskan dan melembabkan uadra sebelum masuk ke
paru-paru.
Faktor makanan
juga dapat memengaruhi bentuk fisik. Perbedaan jenis makanan akan menimbulkan
macam-macam bentuk tubuh. Misalnya, orang yang makan makanan yang bergizi
tinggi bentuk badannya akan lebih besar dari pada orang yang makanan makanan
yang tidak.
Faktor
perkawinan juga turut memengaruhi perbedaan ciri-ciri fisik. orang dari berbagai suku dan bangsa dapat
dengan mudah saling bertemu dan berinteraksi. Pertemuan-pertemuan itu
memungkinkan terjadinya perkawinan campur (amalgamasi) antara orang-orang yang
berasal dari suku atau bangsa yang berbeda. Misalnya, orang berasal dari ras
mongoloid kawin dengan yang berasal dari ras negroid. Bisa terjadi anak hasil
perkawinan campur itu kulitnya akan berwarna kulit dan rambut nya keriting.
Dengan demikian, kita sulit mengatakan orang ini termasuk ras mongoloid atau
negroid.
Pengelompokkan
ras bangsa manusia di dunia ini dibuat oleh Ralph Linton dan A.L. Kroeber yaitu sebagai berikut :[1]
1.
Pembagian
Ras menurut Ralph Linton
Ralph linton
membagi manusia ke dalam tiga kelompok ras besar, yaitu ras mengoloid, ras
kaukasoid, dan ras negroid.
a.
Ras
Mongoloid
Ras mongoloid
di bagi menjadi dua, yaitu Mongoloid Asia
dan Indian.
Mongoloid Asia di bagi menjadi dua sumbras, melayu. Orang-orang
jepang, Taiwan, Cina, dan Vietnam termasuk
subras tionghoa. Orang Indonesia, Malaysia,
dan ras Mongoloid
Indian
adalah orang-orang indian di amerika. Manusia
yang termasuk dalam ras Mongolid mempunyai ciri-ciri kulit berwarna kuning sampai sawo matang, rambut lurus, bulu
badan sedikit, dan bermata sipit (terutama
Asia Mongoloid).
b.
Ras
Kaukasoid
Ras kaukasoid
terdiri dari lima subras, yaitu
nordic,
alpin,
mediteran,
armenoid,
dan India. Manusia
yang tramasuk dalam ras kaukasoid mempunyai
ciri-ciri hidung mancung, kulit putih, rambut, pirang sampai cokelat
kehitam-hitaman, dan kelopak mata lurus.
c.
Ras
Negroid
Ras negroid terdiri
dari lima subras, yaitu negrito, nilitz,
negro rimba, negro oseanis, dan hotentot-boysesman. Manusia
yang termasuk dalam ras negroid mempunyai ciri-ciri rambut keriting, berkulit
hitam, memiliki bibir tebal, dan memiliki kelopak mata lurus.
2.
Pembagian
Ras Menurut A.L. Kroeber
A.L. kroeber
membagi ras bangsa manusia ke dalam empat
ras pokok yaitu ras kaukasoid, ras mongoloid, ras negroid, dan ras australoid dan ras khusus.
a.
Ras
Kaukasoid
Ada empat
subras yang termasuk dalam ras Kaukasoid, yaitu :
1)
Nordic, tinggal di wilayah Eropa Utara, sekitar Lautan Baltik.
2)
Alpine, tinggal di wilayah Eropa Timur dan Eropa Tengah.
3)
Mediteranian, tinggaldi wilayah Afrika Utara , Armenia, Arab, Iran, sekitar
Lautan Tengah.
4)
Indie, tinggal di wilayah Pakistan ,India, Bangladesh, dan Sri Langka.
Ciri-ciri fisik
ras Kaukasoid yaitu rambut lurus, atau berombak, hidung sempit, tubuh tinggi
dan warna kulit terang.
b.
Ras
Mongoloid
Ras ini
merupakan penduduk asli dari wilayah Asia dan Amerika. Secara garis besar ras
Mongoloid diklasifikasikan atas tiga golongan yaitu :
1)
Asiatic
mongoloid, tinggal di wilayah Asia Utara, Asia
Tengah, dan Asia Timur.
2)
Malayan
mongoloid, tinggal di wilayah Asia Tenggara,
Indonesia, Filifina, dan Malaysia dan
penduduk asli Taiwan.
3)
American
mongoloid (orang-orang india di amerika),
penduduk asli Benua Amerika Utara dan Selatan dari orang-orang Eskimo di
Amerika Utara sampai penduduk Terra del Fuego di Amerika Selatan
Ciri-ciri fisik
ras Mongoloid rambut lurus, mata sipit, kulit kuning, dan bibir tipis.
c.
Ras
Negroid
Ada tiga subras
yang termasuk di dalam ras Negroid, yaitu:
1)
African
negroid, tinggal di wilayah Benua Afrika.
2)
Negrito, tinggal di daerah wilayah Afrika Tengah, Semanjung Malaysia, Filipina.
Orang nergrito yang tinggal di
semenanjung malaya dikenal sebagai orang semang.
3)
Malanesia, tinggal di wilayah Irian (papua) dan Malanesia.
Ciri fisik ras
ini yaitu rambut keriting, hidung sangat lebar, bibir tebal, dan warna kulit
gelap.
d.
Ras
Austroloid
Ras ini merupakan penduduk asli dari benua Australia yang dikenal
dengan suku Aborigin. Ciri-ciri fisik suku Aborigin yakni tubuh sedang, rambut
keriting, mata hitam, bibir tebal, dan kulit hitam.
e.
Ras
Khusus
Ada empat subras yang termasuk di dalam ras Khusus,
yaitu:
1)
Bushman, tinggal diwilayah Gurun Kalahari di Afrika Selatan.
2)
Vedoid, tinggal di pedalaman Sri Langka, Sulawesi Selatan, Bugis-Makasari.
3)
Polynesia, tinggal di kepulawan Mikronesia dan Polynesia.
4)
Ainu, tinggal di pulau Karafuto dan pulau Hokaido di Jepang Utara).
Dikatakan bahwa mayoritas masyarakat indonesia adalah ras Malayan mongoloid
menurut pemahaman kroeber datau ras mongoloid menurut pemahaman linton. Meskipun demekian, ada
juga ras lain yang hidup di indonesia, yaitu Negroid
(malanesia), yakni orang-orang papua. Disinilah kita belajar untuk dapat hidup
berdampingan meskipun berbeda secara ras.
Indonesia
didiami oleh bermacam-macam Sub Ras sebagai berikut:
1.
Negrito, yaitu suku bangsa Semang di Semenanjung Malaya dan sekitarnya.
2.
Veddoid, yaitu suku Sakai di Riau, Kubu di Sumatera Selatan, Toala dan
Tomuna di Sulawesi.
3.
Neo
Melanosoid, yaitu penduduk
kepulauan Kei dan Aru.
4.
Melayu, yang terdiri dari dua :
a.
Melayu
Tua (Proto Melayu), yaitu orang Batak, Toraja dan Dayak
b.
Melayu
Muda (Deutro Melayu), yaitu orang Aceh, Minang, Bugis/ Makasar, Jawa,
Sunda, dan sebagainya.
B. Etnis
(Suku Bangsa)
Etnis dalam
kamus besar bahasa Indonesia diartikan sesuatu yang berkaitan dengan kelompok
sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan
tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa dan sebagainya.[2]
Penggunaan
istilah etnis pertama kali dipakai oleh sosiolog David Riesman Amerika pada
tahun 1953. Kata "etnis", bagaimanapun, adalah jauh lebih tua. Kata
ini berasal dari ethnos Yunani (yang pada gilirannya berasal dari kata
ethnikos), yang awalnya berarti kafir atau penyembah berhala (R. Williams,
1976: 119). Itu digunakan dalam pengertian dalam bahasa Inggris dari
pertengahan abad ke-14 sampai pertengahan abad ke-19, ketika secara bertahap
mulai untuk merujuk pada "ras" karakteristik. Di Amerika Serikat,
"etnis" datang yang akan digunakan di sekitar Perang Dunia Kedua
sebagai istilah sopan mengacu pada orang-orang Yahudi, Italia, orang Irlandia
dan lainnya dianggap lebih rendah untuk kelompok dominan sebagian besar
keturunan Inggris. Tak satu pun dari para pendiri sosiologi dan antropologi
social dengan pengecualian
parsial Max Weber diberikan
perhatian banyak etnis.[3]
Etnis merujuk
pada hubungan antara kelompok-kelompok yang anggotanya menganggap diri mereka
berbeda, dan kelompok-kelompok ini dapat peringkat hierarkis dalam masyarakat.
Karena itu perlu untuk membedakan secara jelas antara etnisitas dan kelas
sosial.[4]
Menurut Hassan
Shadily MA, suku bangsa atau etnis adalah segolongan rakyat yang masih dianggap
mempunyai hubungan biologis. Diferensiasi suku bangsa merupakan penggologan
manusia berdasarkan ciri-ciri biologis yang sama, seperti ras. Namun suku
bangsa memiliki ciri-ciri paling mendasar yang lain, yaitu adanya kesamaan budaya.
Suku bangsa memiliki kesamaan ciri fisik, kesenian, bahasa
daerah dan adat
istiadat.
Secara etnik, bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk dengan jumlah
etnik yang besar. Mengenai jumlah suku bangsa yang ada di Indonesia telah
dikemukakan oleh para ahli.Esser, Berg dan Sutan Takdir Alisyahbana
memperkirakan ada 200-250 suku bangsa.MA, Jaspan mengemukakan ada 366 suku
bangsa.Koentjaraningrat memperkirakan ada 195 suku bangsa.Hildred Geertz
menyatakan lebih dari 300 suku bangsa dengan identitas budayanya
sendiri.William G. Skinner memperkirakan ada 35 suku bangsa dalam arti
lingkungan hukum adat. Keragaman suku bangsa di Indonesia belum dapat di hitung
secara pasti. Menurut cliffort
geert, di indonesia ada 300 suku bangsa dengan bahasa dan kebudayaan yang
berbeda. Suku bangsa yang ada di Indonesia antara lain :
1.
Pulau
Sumatera : Aceh, Batak, Minangkabau, Bengkulu, Jambi, Palembang, Melayu, dan
sebagainya.
2.
Pulau
Jawa : Sunda, Jawa, Tengger, dan sebagainya.
3.
Pulau
Kalimantan : Dayak, Banjar, dan sebagainya.
4.
di
Pulau Sulawesi : Bugis, Makasar, Toraja, Minahasa, Toli-toli,
Bolaang-Mangondow, Gorontalo, dan sebagainya.
5.
Kepulauan
Nusa Tenggara : Bali, Bima, Lombok, Flores, Timor, Rote, dan sebagainya.
6.
Kepulauan
Maluku dan Irian : Ternate, Tidore, Dani, Asmat, dan sebagainya.
C. Kelas
Sosial
Dalam literatur ilmu sosial, ada dua definisi utama dari kelas.
Satu berasal dari Karl Marx, lainnya dari Max Weber. Kadang-kadang elemen-elemen
dari dua definisi digabungkan.
Pandangan Marxis kelas sosial menekankan aspek ekonomi. Sebuah
kelas sosial didefinisikan menurut hubungannya dengan proses produktif dalam
masyarakat. Dalam masyarakat kapitalis, menurut Marx, ada tiga kelas utama. Pertama, ada kelas
kapitalis atau borjuasi, yang anggotanya memiliki alat produksi (pabrik,
peralatan dan mesin, dll) dan membeli orang lain tenaga kerja (yaitu
mempekerjakan mereka). Kedua, ada petit-burjuis, yang anggotanya sendiri alat-alat
produksi tetapi tidak mempekerjakan orang lain. Pemilik toko kecil contoh yang
khas. Kelas ketiga, dan yang paling banyak, adalah proletariat atau kelas
pekerja, yang anggotanya bergantung pada menjual tenaga kerja mereka ke
kapitalis untuk mata pencaharian mereka. Ada juga kelas-kelas lain, terutama
bangsawan, yang para anggotanya hidup oleh kepentingan tanah, dan
lumpenproletariat, yang terdiri dari orang-orang yang menganggur-gelandangan
dan sejenisnya.
Sejak saat Marx pada pertengahan abad kesembilan belas, teori kelas
telah dikembangkan di beberapa arah. Pengikutnya masih tetap menekankan
hubungan properti di delineasi mereka kelas. Sebuah fitur utama lebih lanjut
dari teori ini adalah gagasan tentang perjuangan kelas. Marx dan para pengikutnya
berpendapat bahwa kelas-kelas tertindas pada akhirnya akan bangkit melawan para
penindas, menggulingkan mereka melalui sebuah revolusi, dan mengubah tatanan
politik dan organisasi sosial tenaga kerja. Hal ini, dalam pandangan Marx,
adalah cara utama di mana masyarakat berevolusi.
Pandangan Weber kelas sosial, yang sebagian telah berkembang
menjadi teori stratifikasi sosial, menggabungkan beberapa kriteria di kelas
menggambarkan, termasuk pendapatan, pendidikan dan pengaruh politik. Tidak
seperti Marx, Weber tidak menganggap kelas sebagai kelompok perusahaan
potensial; ia tidak percaya bahwa anggota kelas sosial tentu akan berbagi
kepentingan politik. Weber lebih suka bicara kelompok status dan bukan kelas.
Teori kelas sosial selalu mengacu pada sistem peringkat sosial dan
distribusi kekuasaan. Etnisitas, sebaliknya, tidak selalu mengacu pada
peringkat; hubungan etnis juga dapat egaliter dalam hal ini. Namun, banyak
poli-etnis masyarakat adalah peringkat menurut keanggotaan etnis. Kriteria
untuk peringkat tersebut tetap berbeda dari peringkat kelas: mereka merujuk
pada perbedaan budaya diperhitungkan atau "ras", bukan untuk properti
atau status dicapai. [5]
Mungkin ada korelasi tinggi antara etnisitas dan kelas, yang
berarti bahwa ada kemungkinan tinggi bahwa orang yang tergolong kelompok etnis
tertentu juga milik kelas sosial tertentu. Bisa ada keterkaitan signifikan
antara kelas dan etnis, baik kelas dan etnis dapat kriteria peringkat, dan
keanggotaan etnis dapat menjadi faktor penting untuk keanggotaan kelas. Kedua
perbedaan kelas dan perbedaan etnis dapat fitur meresap masyarakat, tetapi
mereka tidak satu dan hal yang sama dan harus dibedakan dari satu sama lain
analitis.
D. Jenis
Kelamin (Gender)
Gender adalah
pembedaan jenis kelamin antara wanita dan pria. Orang-orang terdahulu sering
mngungkapkan “Untuk apa wanita sekolah tinggi, nanti paling di dapur juga
kerjannya”. Angapan tersebut sekarang sudah berubah, hal ini dapat
dilihat dari kemajuan globalisasi yang membuat wanita dapat turun serta dalam pembangunan
ekonomi di suatu negara.
Contohnya : dapat kita ambil dari mantan presiden kita Megawati Soekarno
putri ia dapt mengambil alih kekuasaan negara dan menjadi pemimpin
negara.Selain itu dapat juga kita lihat dari sekolah-sekolah yang ada di
lingkungan kita, perempuan lebih dominan untuk bersekolah daripada
laki-laki, dan tak jarang pula perempuan menjadi anggota politik dan sangat
berperan aktif dari pada laki-laki.
Dalam
masyarakat yang majemuk, penggolongan masyarakatnya juga dilakukan berdasarkan jenis
kelaminnya. Dalam ilmu sosiologi, jenis kelamin dimengerti sebagai kategori
sosial dalam masyarakat yang berdasarkan pada perbedaan jenis kelamin atau seks
yang diperoleh sejak lahir (perbedaan
biologis). Perbedaan itu dapat kita lihat dari alat-alat
Reproduksi, bentuk tubuh, suara, sikap, dan sebagainya. Berdasarkan perbedaan
itu ada kelompok masyarakat perempuan dan kelompok masyarakat laki-laki.
Gender dalam
sosiologi mengacu pada sekumpulan ciri-ciri khas yang dikaitkan dengan jenis
kelamin individu (seseorang) dan diarahkan pada peran sosial atau identitasnya
dalam masyarakat. WHO memberi batasan gender sebagai "seperangkat peran,
perilaku, kegiatan, dan atribut yang dianggap layak bagi laki-laki dan
perempuan, yang dikonstruksi secara sosial, dalam suatu masyarakat."
Konsep gender
berbeda dari seks atau jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) yang bersifat
biologis, walaupun dalam pembicaraan sehari-hari seks dan gender dapat saling
dipertukarkan. Ilmu bahasa (linguistik) juga menggunakan istilah gender
(alternatif lain adalah genus) bagi pengelompokan kata benda (nomina) dalam
sejumlah bahasa.
Dalam konsep
gender, yang dikenal adalah peran gender individu di masyarakat, sehingga orang
mengenal maskulinitas dan femininitas. Sebagai ilustrasi, sesuatu yang dianggap
maskulin dalam satu kebudayaan bisa dianggap sebagai feminin dalam budaya lain.
Dengan kata lain, ciri maskulin atau feminin itu tergantung dari konteks
sosial-budaya bukan semata-mata pada perbedaan jenis kelamin. [6]
Pemakaian
gender dalam wacana feminism mula, pertama
dicetuskan oleh Anne Oakkley. Perbedaan antara seks (jenis kelamin) dan gender
adalah bahwa yang pertama berkaitan erat dengan ciri-ciri biologis dan fisik
tertentu kromosom dan genitalia (eksternal maupun internal). Sementara
identitas gender lebih banyak dibentuk oleh persepsi sosial dan budaya tentang
stereotip perempuan dan laki-laki dalam sebuah masyarakat. Karena gender
ditentukan secara sosial, maka ideologi dan wawasan suatu masyarakat atau suatu
bangsa turut serta membangun gagasan tentang identitas ini.[7]
Jenis kelamin
merupakan kategori dalam masyarakat yang didasarkan pada perbedaan seks atau
jenis kelamin (perbedaan biologis). Perbedaan biologis ini dapat kita lihat
dari struktur organ reproduksi, bentuk tubuh, suara, dan sebagainya. Atas dasar
itu, terdapat kelompok masyarakat laki-laki atau pria dan kelompok perempuan
atau wanita.
[3] Thomas Hylland Eriksen , Etnis dan Nasionalisme Perspektif
Antropologi -Terjemahan (London: Pluto Tekan 1993 kedua, diperluas edisi 2002,
edisi ketiga 2010 ), hal 4
[6]
Susan Hewitt Gender (social) http://id.wikipedia.org/wiki/Gender_%28sosial%29, tgl 6 Desember 2011, Pukul 20.30
[7]Siti
Ruhaini Dzuhayatin, Membincang Feminisme: Gender dalam Perspektif Islam
(Surabaya: Risalah Gusti, 1996), hal. 231.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar