Kamis, 16 Oktober 2014

ras,etnis,kelas sosial,jeniskelamin dalam lintas budaya



RAS, ETNIS, KELAS SOSIAL, JENIS KELAMIN

Karakteristik masyarakat majemuk dapat kita kenali dari cara golongan warga masyarakat. Kita dapat menggolongkan masyarakat berdasarkan 6 kriteria, yaitu berdasarakan ras, suku bangsa, klan, profesi, agama, dan jenis kelamin
Keragaman manusia bukan berarti manusia itu bermacam-macam atau berjenis-jenis seperti halnya binatang atau tumbuhan.Manusia sebagai makhluk Tuhan tetaplah berjenis satu. Keragaman manusia yang dimaksudkan bahwa setiap manusia memiliki perbedaan. Perbedaan itu ada karena manusia adalah makhluk individu yang setiap individu memiliki ciri-ciri khas tersendiri.
Selain makhluk individu, manusia juga makhluk sosial yang membentuk kelompok persekutuan hidup. Tiap kelompok persekutuan hidup manusia juga beragam. Masyarakat sebagai persekutuan hidup itu berbeda dan beragam karena ada perbedaan., misalnya dalam ras, suku, agama, budaya, ekonomi, status sosial, jenis kelamin, daerah tempat tinggal, dan lain-lain. Hal yang demikian kita katakana sebagai unsur-unsur yang membentuk keragaman dalam masyarakat.
Dibawah ini akan dibahas lebih jelas lagi tentang Ras, Etnis, Kelas Sosial, dan Jenis Kelamin yaitu sebagai berikut :
A.  Ras
Kata ras berasal dari bahasa Prancis dan Italia, yaitu razza. Pertama kali istilah ini diperkenalkan Franqois Bernier, antropologi Prancis untuk mengemukakan gagasan tentang pembedaan manusia berdasarkan kategori atau karakteristik warna kulit dan bentuk wajah. Setelah itu, orang lalu menetapkan hierarki manusia berdasarkan karakteristik fisik atau biologis.
Berdasarkan karakteristik biologis, pada umumnya manusia dikelompokkan dalam beragai ras. Manusia dibedakan menurut bentuk wajah, rambut, tinggi badan, warna kulit, mata, hidung, dan karakteristik fisik lainnya. Jadi, Ras adalah perbedaaan antara manusia menurut atau berdasarkan ciri fisik biologis (bawaan yang sama). Ciri utama pembeda antara ras yaitu ciri alamiah rambut pada badan, warna alami rambut, kulit, dan iris mata, bentuk lipatan penutup mata, bentuk hidung serta bibir, bentuk kepala dan muka, ukuran tinggi badan.
Menurut koentjaraningrat, Ras adalah golongan manusia yang menunjukkan berbagai ciri-ciri lahiriah (morfologi) atau ciri-ciri anggota tubuh yang dapat diukur (ciri fenotip kuantitatif). Ciri fisik ini antara lain adalah warna kulit,  jenis rambut,  bentuk hidung,  bentuk mata, dan sebagainya. Contohnya : Di lingkungan tempat tinggal Nurul di Jl. HM Swignyo Gg. Swignyo 1, terdapat beberapa orang yang memiliki ras yang berbeda.  Ada yang berkulit sawo matang, kuning langsat, putih dan berambut lurus, keriting, bergelombang dan sebagainya. Perbedaan ciri fisik itu dapat terjadi karena beberapa faktor, antara lain kondisi geografis dan iklim, faktor makanan, dan faktor perkawinan.
Kondisi geografis dan iklim dapat mempengaruhi bentuk fisik. Misalnya, orang-orang yang hidup didaerah dingin bentuk hidungnya lebih panjang dan menonjol. Bentuk hidung yang lebih panjang dan menonjol itu akan membantu orang-orang yang hidup didaerah dingin untuk memanaskan dan melembabkan uadra sebelum masuk ke paru-paru.
Faktor makanan juga dapat memengaruhi bentuk fisik. Perbedaan jenis makanan akan menimbulkan macam-macam bentuk tubuh. Misalnya, orang yang makan makanan yang bergizi tinggi bentuk badannya akan lebih besar dari pada orang yang makanan makanan yang tidak.
Faktor perkawinan juga turut memengaruhi perbedaan ciri-ciri fisik.  orang dari berbagai suku dan bangsa dapat dengan mudah saling bertemu dan berinteraksi. Pertemuan-pertemuan itu memungkinkan terjadinya perkawinan campur (amalgamasi) antara orang-orang yang berasal dari suku atau bangsa yang berbeda. Misalnya, orang berasal dari ras mongoloid kawin dengan yang berasal dari ras negroid. Bisa terjadi anak hasil perkawinan campur itu kulitnya akan berwarna kulit dan rambut nya keriting. Dengan demikian, kita sulit mengatakan orang ini termasuk ras mongoloid atau negroid.
Pengelompokkan ras bangsa manusia di dunia ini dibuat oleh Ralph Linton dan A.L. Kroeber yaitu sebagai berikut :[1]
1.    Pembagian Ras menurut Ralph Linton
Ralph linton membagi manusia ke dalam tiga kelompok ras besar, yaitu ras mengoloid, ras kaukasoid, dan ras negroid.
a.    Ras Mongoloid
Ras mongoloid di bagi menjadi dua, yaitu Mongoloid Asia dan Indian. Mongoloid Asia di bagi menjadi dua sumbras, melayu. Orang-orang jepang, Taiwan, Cina, dan Vietnam termasuk subras tionghoa. Orang Indonesia, Malaysia, dan ras Mongoloid Indian adalah orang-orang indian di amerika. Manusia yang termasuk dalam ras Mongolid  mempunyai ciri-ciri kulit berwarna  kuning sampai sawo matang, rambut lurus, bulu badan sedikit, dan bermata sipit (terutama Asia Mongoloid).
b.    Ras Kaukasoid
Ras kaukasoid terdiri dari lima subras, yaitu nordic, alpin, mediteran, armenoid, dan India. Manusia yang tramasuk dalam ras kaukasoid mempunyai ciri-ciri hidung mancung, kulit putih, rambut, pirang sampai cokelat kehitam-hitaman, dan kelopak mata lurus.

c.    Ras Negroid
Ras negroid terdiri dari lima subras, yaitu negrito, nilitz, negro rimba, negro oseanis, dan hotentot-boysesman. Manusia yang termasuk dalam ras negroid mempunyai ciri-ciri rambut keriting, berkulit hitam, memiliki bibir tebal, dan memiliki kelopak mata lurus.
2.    Pembagian Ras Menurut A.L. Kroeber
A.L. kroeber membagi ras bangsa manusia ke dalam empat ras pokok yaitu ras kaukasoid, ras mongoloid, ras negroid, dan ras australoid dan ras khusus.
a.    Ras Kaukasoid
Ada empat subras yang termasuk dalam ras Kaukasoid, yaitu :
1)   Nordic, tinggal di wilayah Eropa Utara, sekitar Lautan Baltik.
2)   Alpine, tinggal di wilayah Eropa Timur dan Eropa Tengah.
3)   Mediteranian, tinggaldi wilayah Afrika Utara , Armenia, Arab, Iran, sekitar Lautan Tengah.
4)   Indie, tinggal di wilayah Pakistan ,India, Bangladesh, dan Sri Langka.
Ciri-ciri fisik ras Kaukasoid yaitu rambut lurus, atau berombak, hidung sempit, tubuh tinggi dan warna kulit terang.
b.    Ras Mongoloid
Ras ini merupakan penduduk asli dari wilayah Asia dan Amerika. Secara garis besar ras Mongoloid diklasifikasikan atas tiga golongan yaitu :
1)   Asiatic mongoloid, tinggal di wilayah Asia Utara, Asia Tengah, dan Asia Timur.
2)   Malayan mongoloid, tinggal di wilayah Asia Tenggara, Indonesia, Filifina, dan  Malaysia dan penduduk asli Taiwan.
3)   American mongoloid (orang-orang india di amerika), penduduk asli Benua Amerika Utara dan Selatan dari orang-orang Eskimo di Amerika Utara sampai penduduk Terra del Fuego di Amerika Selatan
Ciri-ciri fisik ras Mongoloid rambut lurus, mata sipit, kulit kuning, dan bibir tipis.
c.    Ras Negroid
Ada tiga subras yang termasuk di dalam ras Negroid, yaitu:
1)   African negroid, tinggal di wilayah Benua Afrika.
2)   Negrito, tinggal di daerah wilayah Afrika Tengah, Semanjung Malaysia, Filipina. Orang  nergrito yang tinggal di semenanjung malaya dikenal sebagai orang semang.
3)   Malanesia, tinggal di wilayah Irian (papua) dan Malanesia.
Ciri fisik ras ini yaitu rambut keriting, hidung sangat lebar, bibir tebal, dan warna kulit gelap.
d.   Ras Austroloid
Ras ini merupakan penduduk asli dari benua Australia yang dikenal dengan suku Aborigin. Ciri-ciri fisik suku Aborigin yakni tubuh sedang, rambut keriting, mata hitam, bibir tebal, dan kulit hitam.

e.    Ras Khusus
Ada empat  subras yang termasuk di dalam ras Khusus, yaitu:
1)   Bushman, tinggal diwilayah Gurun Kalahari di Afrika Selatan.
2)   Vedoid, tinggal di pedalaman Sri Langka, Sulawesi Selatan, Bugis-Makasari.
3)   Polynesia, tinggal di kepulawan Mikronesia dan Polynesia.
4)   Ainu, tinggal di pulau Karafuto dan pulau Hokaido di Jepang Utara).
Dikatakan bahwa mayoritas masyarakat indonesia adalah ras Malayan mongoloid menurut pemahaman kroeber datau ras mongoloid menurut pemahaman linton. Meskipun demekian, ada juga ras lain yang hidup di indonesia, yaitu Negroid (malanesia), yakni orang-orang papua. Disinilah kita belajar untuk dapat hidup berdampingan meskipun berbeda secara ras.
Indonesia didiami oleh bermacam-macam Sub Ras sebagai berikut:
1.    Negrito, yaitu suku bangsa Semang di Semenanjung Malaya dan sekitarnya.
2.    Veddoid, yaitu suku Sakai di Riau, Kubu di Sumatera Selatan, Toala dan Tomuna di Sulawesi.
3.    Neo Melanosoid, yaitu penduduk kepulauan Kei dan Aru.
4.    Melayu, yang terdiri dari dua :
a.    Melayu Tua (Proto Melayu), yaitu orang Batak, Toraja dan Dayak
b.    Melayu Muda (Deutro Melayu), yaitu orang Aceh, Minang, Bugis/ Makasar, Jawa, Sunda, dan sebagainya.

B.  Etnis (Suku Bangsa)
Etnis dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sesuatu yang berkaitan dengan kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa dan sebagainya.[2]
Penggunaan istilah etnis  pertama kali dipakai  oleh sosiolog David Riesman Amerika pada tahun 1953. Kata "etnis", bagaimanapun, adalah jauh lebih tua. Kata ini berasal dari ethnos Yunani (yang pada gilirannya berasal dari kata ethnikos), yang awalnya berarti kafir atau penyembah berhala (R. Williams, 1976: 119). Itu digunakan dalam pengertian dalam bahasa Inggris dari pertengahan abad ke-14 sampai pertengahan abad ke-19, ketika secara bertahap mulai untuk merujuk pada "ras" karakteristik. Di Amerika Serikat, "etnis" datang yang akan digunakan di sekitar Perang Dunia Kedua sebagai istilah sopan mengacu pada orang-orang Yahudi, Italia, orang Irlandia dan lainnya dianggap lebih rendah untuk kelompok dominan sebagian besar keturunan Inggris. Tak satu pun dari para pendiri sosiologi dan antropologi social dengan pengecualian parsial Max Weber diberikan perhatian banyak etnis.[3]
Etnis merujuk pada hubungan antara kelompok-kelompok yang anggotanya menganggap diri mereka berbeda, dan kelompok-kelompok ini dapat peringkat hierarkis dalam masyarakat. Karena itu perlu untuk membedakan secara jelas antara etnisitas dan kelas sosial.[4]
Menurut Hassan Shadily MA, suku bangsa atau etnis adalah segolongan rakyat yang masih dianggap mempunyai hubungan biologis. Diferensiasi suku bangsa merupakan penggologan manusia berdasarkan ciri-ciri biologis yang sama, seperti ras. Namun suku bangsa memiliki ciri-ciri paling mendasar yang lain, yaitu adanya kesamaan budaya. Suku bangsa memiliki kesamaan ciri fisik, kesenian, bahasa daerah dan adat istiadat.
Secara etnik, bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk dengan jumlah etnik yang besar. Mengenai jumlah suku bangsa yang ada di Indonesia telah dikemukakan oleh para ahli.Esser, Berg dan Sutan Takdir Alisyahbana memperkirakan ada 200-250 suku bangsa.MA, Jaspan mengemukakan ada 366 suku bangsa.Koentjaraningrat memperkirakan ada 195 suku bangsa.Hildred Geertz menyatakan lebih dari 300 suku bangsa dengan identitas budayanya sendiri.William G. Skinner memperkirakan ada 35 suku bangsa dalam arti lingkungan hukum adat. Keragaman suku bangsa di Indonesia belum dapat di hitung secara pasti. Menurut cliffort geert, di indonesia ada 300 suku bangsa dengan bahasa dan kebudayaan yang berbeda. Suku bangsa yang ada di Indonesia antara lain :
1.    Pulau Sumatera : Aceh, Batak, Minangkabau, Bengkulu, Jambi, Palembang, Melayu, dan sebagainya.
2.    Pulau Jawa : Sunda, Jawa, Tengger, dan sebagainya.
3.    Pulau Kalimantan : Dayak, Banjar, dan sebagainya.
4.    di Pulau Sulawesi : Bugis, Makasar, Toraja, Minahasa, Toli-toli, Bolaang-Mangondow, Gorontalo, dan sebagainya.
5.    Kepulauan Nusa Tenggara : Bali, Bima, Lombok, Flores, Timor, Rote, dan sebagainya.
6.    Kepulauan Maluku dan Irian : Ternate, Tidore, Dani, Asmat, dan sebagainya.

C.  Kelas Sosial
Dalam literatur ilmu sosial, ada dua definisi utama dari kelas. Satu berasal dari Karl Marx, lainnya dari Max Weber. Kadang-kadang elemen-elemen dari dua definisi digabungkan.
Pandangan Marxis kelas sosial menekankan aspek ekonomi. Sebuah kelas sosial didefinisikan menurut hubungannya dengan proses produktif dalam masyarakat. Dalam masyarakat kapitalis, menurut Marx,  ada tiga kelas utama. Pertama, ada kelas kapitalis atau borjuasi, yang anggotanya memiliki alat produksi (pabrik, peralatan dan mesin, dll) dan membeli orang lain tenaga kerja (yaitu mempekerjakan mereka). Kedua, ada petit-burjuis, yang anggotanya sendiri alat-alat produksi tetapi tidak mempekerjakan orang lain. Pemilik toko kecil contoh yang khas. Kelas ketiga, dan yang paling banyak, adalah proletariat atau kelas pekerja, yang anggotanya bergantung pada menjual tenaga kerja mereka ke kapitalis untuk mata pencaharian mereka. Ada juga kelas-kelas lain, terutama bangsawan, yang para anggotanya hidup oleh kepentingan tanah, dan lumpenproletariat, yang terdiri dari orang-orang yang menganggur-gelandangan dan sejenisnya.
Sejak saat Marx pada pertengahan abad kesembilan belas, teori kelas telah dikembangkan di beberapa arah. Pengikutnya masih tetap menekankan hubungan properti di delineasi mereka kelas. Sebuah fitur utama lebih lanjut dari teori ini adalah gagasan tentang perjuangan kelas. Marx dan para pengikutnya berpendapat bahwa kelas-kelas tertindas pada akhirnya akan bangkit melawan para penindas, menggulingkan mereka melalui sebuah revolusi, dan mengubah tatanan politik dan organisasi sosial tenaga kerja. Hal ini, dalam pandangan Marx, adalah cara utama di mana masyarakat berevolusi.
Pandangan Weber kelas sosial, yang sebagian telah berkembang menjadi teori stratifikasi sosial, menggabungkan beberapa kriteria di kelas menggambarkan, termasuk pendapatan, pendidikan dan pengaruh politik. Tidak seperti Marx, Weber tidak menganggap kelas sebagai kelompok perusahaan potensial; ia tidak percaya bahwa anggota kelas sosial tentu akan berbagi kepentingan politik. Weber lebih suka bicara kelompok status dan bukan kelas.
Teori kelas sosial selalu mengacu pada sistem peringkat sosial dan distribusi kekuasaan. Etnisitas, sebaliknya, tidak selalu mengacu pada peringkat; hubungan etnis juga dapat egaliter dalam hal ini. Namun, banyak poli-etnis masyarakat adalah peringkat menurut keanggotaan etnis. Kriteria untuk peringkat tersebut tetap berbeda dari peringkat kelas: mereka merujuk pada perbedaan budaya diperhitungkan atau "ras", bukan untuk properti atau status dicapai. [5]
Mungkin ada korelasi tinggi antara etnisitas dan kelas, yang berarti bahwa ada kemungkinan tinggi bahwa orang yang tergolong kelompok etnis tertentu juga milik kelas sosial tertentu. Bisa ada keterkaitan signifikan antara kelas dan etnis, baik kelas dan etnis dapat kriteria peringkat, dan keanggotaan etnis dapat menjadi faktor penting untuk keanggotaan kelas. Kedua perbedaan kelas dan perbedaan etnis dapat fitur meresap masyarakat, tetapi mereka tidak satu dan hal yang sama dan harus dibedakan dari satu sama lain analitis.
D.  Jenis Kelamin (Gender)
Gender adalah pembedaan jenis kelamin antara wanita dan pria. Orang-orang terdahulu sering mngungkapkan “Untuk apa wanita sekolah tinggi, nanti paling di dapur juga kerjannya”.  Angapan tersebut sekarang sudah berubah, hal ini dapat dilihat dari kemajuan globalisasi yang membuat wanita dapat turun serta dalam pembangunan ekonomi di suatu negara.
Contohnya : dapat kita ambil dari mantan presiden kita Megawati Soekarno putri ia  dapt mengambil alih kekuasaan negara dan menjadi pemimpin negara.Selain itu dapat juga kita lihat dari sekolah-sekolah yang ada di lingkungan kita,  perempuan lebih dominan untuk bersekolah daripada laki-laki, dan tak jarang pula perempuan menjadi anggota politik dan sangat berperan aktif dari pada laki-laki.
Dalam masyarakat yang majemuk, penggolongan masyarakatnya juga dilakukan berdasarkan jenis kelaminnya. Dalam ilmu sosiologi, jenis kelamin dimengerti sebagai kategori sosial dalam masyarakat yang berdasarkan pada perbedaan jenis kelamin atau seks yang diperoleh sejak lahir (perbedaan  biologis). Perbedaan itu dapat kita lihat dari alat-alat Reproduksi, bentuk tubuh, suara, sikap, dan sebagainya. Berdasarkan perbedaan itu ada kelompok masyarakat perempuan dan kelompok masyarakat laki-laki.
Gender dalam sosiologi mengacu pada sekumpulan ciri-ciri khas yang dikaitkan dengan jenis kelamin individu (seseorang) dan diarahkan pada peran sosial atau identitasnya dalam masyarakat. WHO memberi batasan gender sebagai "seperangkat peran, perilaku, kegiatan, dan atribut yang dianggap layak bagi laki-laki dan perempuan, yang dikonstruksi secara sosial, dalam suatu masyarakat."
Konsep gender berbeda dari seks atau jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) yang bersifat biologis, walaupun dalam pembicaraan sehari-hari seks dan gender dapat saling dipertukarkan. Ilmu bahasa (linguistik) juga menggunakan istilah gender (alternatif lain adalah genus) bagi pengelompokan kata benda (nomina) dalam sejumlah bahasa.
Dalam konsep gender, yang dikenal adalah peran gender individu di masyarakat, sehingga orang mengenal maskulinitas dan femininitas. Sebagai ilustrasi, sesuatu yang dianggap maskulin dalam satu kebudayaan bisa dianggap sebagai feminin dalam budaya lain. Dengan kata lain, ciri maskulin atau feminin itu tergantung dari konteks sosial-budaya bukan semata-mata pada perbedaan jenis kelamin. [6]
Pemakaian gender dalam wacana feminism mula, pertama dicetuskan oleh Anne Oakkley. Perbedaan antara seks (jenis kelamin) dan gender adalah bahwa yang pertama berkaitan erat dengan ciri-ciri biologis dan fisik tertentu kromosom dan genitalia (eksternal maupun internal). Sementara identitas gender lebih banyak dibentuk oleh persepsi sosial dan budaya tentang stereotip perempuan dan laki-laki dalam sebuah masyarakat. Karena gender ditentukan secara sosial, maka ideologi dan wawasan suatu masyarakat atau suatu bangsa turut serta membangun gagasan tentang identitas ini.[7]
Jenis kelamin merupakan kategori dalam masyarakat yang didasarkan pada perbedaan seks atau jenis kelamin (perbedaan biologis). Perbedaan biologis ini dapat kita lihat dari struktur organ reproduksi, bentuk tubuh, suara, dan sebagainya. Atas dasar itu, terdapat kelompok masyarakat laki-laki atau pria dan kelompok perempuan atau wanita.


[1] Ulvi Ahmada http://ulviahmadas456.blogspot.com/, Tgl 30 September 2012, Pukul 01.39
[2] Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hal. 237
[3] Thomas Hylland Eriksen , Etnis dan Nasionalisme Perspektif Antropologi -Terjemahan (London: Pluto Tekan 1993 kedua, diperluas edisi 2002, edisi ketiga 2010 ), hal 4
[4] Ibid., hal 5
[5] Ibid., hal 6
[6] Susan Hewitt Gender (social) http://id.wikipedia.org/wiki/Gender_%28sosial%29, tgl 6 Desember 2011, Pukul 20.30
[7]Siti Ruhaini Dzuhayatin, Membincang Feminisme: Gender dalam Perspektif Islam (Surabaya: Risalah Gusti, 1996), hal. 231.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar