PENGAJARAN REMIDIAL.
A. Pengertian
Pengajaran Remedial dan Ciri – Cirinya.
Di tinjau dari arti kata, “ Remedial
“ berarti “ Sesuatu yang berhubungan dengan perbaikan “. Dengan demikian, Pengajaran
Remedial adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat penyembuhan atau bersifat
perbaikan. Pengajaran Remedial merupakan bentuk kasus pengajaran, yang
bermaksud membuat baik atau penyembuhan.
Ada pun ciri –
ciri pengajaran remedial sebagai berikut :
1. Pengajaran remedial dilaksanakan setelah diketahui kesulitan
belajar dan kemudian diberikan pelayanan khusus sesuai dengan sifat, jenis, dan
latar belakangnya.
2. Dalam pengajaran remedial tujuan instruksional disesuaikan dengan
kesulitan belajar yang dihadapi murid.
3. Metode yang digunakan pada pengajaran remedial bersifat diferensial
artinya disesuaikan dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan
belajarnya.
4. Alat – alat yang dipergunakan dalam pengajaran remedial lebih
bervariasi dan mungkin murid tertentu lebih memerlukan alat khusus tertentu.
Misalnya, penggunaan tes diagnostik, sosiometri, dan alat – alat laboratorium.
5. Pengajaran remedial dilaksanakan dengan kerjasama dengan pihak
lain. Misalnya, pembimbing, ahli lain, dan sebagainya.
6. Pengajaran remedial menuntut pendekatan dan teknik yang lebih
diferensial, maksudnya lebih disesuaikan dengan keadaan masing – masing pribadi
murid yang akan di bantu. Misalnya, pendekatan individualisme melalui konseling
lebih banyak digunakan dalam pengajaran remedial.
7. Dalam pengajaran remedial, alat evaluasi yang dipergunakan
disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dihadapi murid.[1]
B. Pentingnya
Pengajaran Remedial dalam Proses Belajar Mengajar.
Pengajaran remedial mempunyai
peranan penting dalam keseluruhan proses belajar mengajar, khususnya dalam
mencapai hasil belajar yang optimal. Pengajaran remedial merupakan pelengkap
dari proses pengajaran secara keseluruhan.
Beberapa alasan
pentingnya pengajaran remedial, dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu :
1.
Warga
Belajar.
Warga belajar
(murid), ternyata masih banyak yang mendapatkan nilai prestasi belajar kurang.
Kenyataan menunjukkan pula bahwa setiap murid mempunyai perbedaan individual
dalam proses belajarnya. Ada yang lambat ada yang cepat.
2.
Pendidik
dan Pengajar (guru).
Dalam
melaksanakan tugas, peranan seorang guru bukan hanya sekedar penyampai
pengetahuan kepada murid tetapi juga mempunyai peranan sebagai pembimbing yang
harus dapat membantu murid memahami dirinya dan mampu mengatasi hambatan –
hambatan di dalam dirinya. Dalam kaitan inilah pengajaran remedial merupakan
salah satu upaya yang dapat dilaksanakan oleh seorang guru dalam memberikan
peluang yang besar bagi setiap murid untuk dapat mencapai prestasi belajar
secara optimal dan maksimal.
3.
Proses
Belajar.
Adanya gejala
kesulitan belajar merupakan indikasi belum adanya perubahan tingkah laku secara
keseluruhan. Oleh karena itu masih diperlukan proses belajar mengajar khusus
yang dapat membantu pencapaian keseluruhan perubahan tingkah laku sebagai hasil
belajar. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pengajaran remedial mempunyai
peranan yang penting terhadap keberhasilan proses belajar mengajar secara
keseluruhan.
4.
Pelayanan
Bimbingan.
Untuk
melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling yang sebaik – baiknya, pengajaran
remedial merupakan salah satu bentuk pelayanan bimbingan dan konseling melalui
interaksi belajar megajar. Dengan demikian pengajaran remedial menunjang
pelaksanaan bimbingan dan konseling dan sebaiknya pelaksanaan bimbingan dan
konseling dapat menunjang pelaksanaan pengajaran remedial.[2]
C.
Tujuan, Fungsi, dan Prinsip
Pengajaran Remedial.
1. Tujuan Pengajaran Remedial.
Tujuan pengajaaran remedial secara terinci adalah agar murid dapat
:
1)
Memahami
dirinya, khususnya yang menyangkut prestasi belajar meliputi segi kekuatan,
kelemahan, jenis, dan sifat kesulitan.
2)
Memperbaiki
cara – cara belajar ke arah yang lebih baik sesuai dengan kesulitan yang
dihadapi.
3)
Memilih
materi dan fasilitas belajar secara tepat untuk mengatasi kesulitan belajarnya.
4)
Mengembangkan
sikap – sikap dan kebiasaan baru yang dapat mendorong tercapainya hasil belajar
yang baik.
5)
Mengatasi
hambatan – hambatan belajar yang menjadi latar belakang kesulitannya.
2. Fungsi Pengajaran Remedial.
Adapun beberapa fungsi pengajaran remedial tersebut adalah :
1)
Fungsi
Korektif.
Pengajaran
remedial mempunyai korektif, artinya melalui pengajaran remedial dapat diadakan
pembentukan atau perbaikan terhadap sesuatu yang di anggap masih belum mencapai
apa yang diharapkan dalam keseluruhan proses belajar mengajar.
2)
Fungsi
Penyesuaian.
Fungsi
penyesuaian adalah agar dapat membantu murid untuk menyesuaikan dirinya
terhadap tuntutan kegiatan belajar.
3)
Fungsi
Pemahaman.
Fungsi
pemahaman adalah agar pengajaran remedial memungkinkan guru, murid, dan pihak –
pihak lain dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap pribadi murid.
4)
Fungsi
Pengayaan.
Fungsi
pengayaan dimaksud agar pengajaran remedial dapat memperkaya proses belajar
mengajar.
5)
Fungsi
Terapeutik.
Dengan
pengajaran remedial secara langsung atau tidak langsung dapat menyembuhkan atau
memperbaiki kondisi – kondisi kepribadian murid yang diperkirakan menunjukkan
adanya penyimpangan.
6)
Fungsi
Akselerasi.
Fungsi
akselerasi adalah agar pengajaran remedial dapat mempercepat proses belajar
baik dalam arti waktu maupun materi.
3. Prinsip – Prinsip Pengajaran
Remedial.
1)
Penyiapan
pembelajaran, proses identifikasi kebutuhan siswa dan menyiapkan rencana
pembelajaran agar efektif.
2)
Merancang
berbagai kegiatan pembelajaran remedial untuk siswa dengan bervariasi.
3)
Merancang
belajar bermakna, misalnya kuis, games, dan sebagainya.
4)
Pemilihan
pendekatan pembelajaran.
5)
Memberikan
arahan yang jelas untuk menghindari kebingungan siswa.
6)
Merumuskan
gagasan utama sesuai dengan kesulitan yang dialami siswa.
8)
Mendorong
siswa berpartisipasi aktif dalam kelas.
9)
Memperlihatkan
kepedulian terhadap individu siswa.[3]
D.
Strategi dan Pendekatan Remedial.
Strategi dan pendekatan pengajaran
remedial ada tiga, yaitu :
1.
Strategi dan Pendekatan Pengajaran Remedial yang Bersifat Kuratif.
Adapun yang menjadi sasaran pokok pengajaran remedial yang bersifat
kuratif adalah :
1)
Murid
yang prestasinya jauh di bawah kriteria kebeerhasilan, diusahakan pada suatu
saat tertentu dapat mencapai kriteria keberhasilan minimal tersebut.
2)
Murid
yang masih kurang sedikit dari keberhasilan minimal diupayakan suatu saat dapat
disempurnakan.
Untuk mencapai sasaran – sasaran pokok tersebut para ahli psikologi
pendidikan telah mengembangkan beberapa teknik pendekatan yaitu :
1.
Pendekatan
Pengulangan ( repitition ).
Sejalan dengan diagnosisnya, pengulangan ini dapat terdiri dari
beberapa tingkatan yaitu :
1.
Pada
setiap akhir jam pertemuan tertentu.
2.
Pada
setiap akhir unit ( satuan bahan ) pelajaran tertentu.
3.
Pada
akhir setiap satuan program studi ( triwulan / semester ).
2.
Pengayaan
dan Pengukuhan ( enrichment dan reinforcement ).
Adapun
teknik pelaksanaannya adalah guru memberikan tugas / soal pekerjaan rumah
kepada murid – murid yang relatif lemah, sedangkan kepada murid – murid yang
cepat belajarnya tugas yang diberikan guru harus dikerjakan di kelas itu juga,
sementara murid – murid lain mengerjakan proses belajar mengajar utamanya.
3.
Kecepatan
(accelaration / akselerasi).
Pelayanan akselerasi diberikan kepada murid
berbakat yang menunjukkan kesulitan psikososial yaitu dengan jalan mengadakan
akselerasi atau promosi kepada program utama berikutnya yang lebih tinggi.
2.
Strategi dan Pendekatan
Pengajaran Remedial yang Bersifat Preventif.
Dalam pendekatan yang bersifat kuratif, tindakan remedial itu
berpangkal tolak dari hasil post test diagnostic berdasarkan data – data
hasil tes sumatif, maka pendekatan preventif bertolak dari hasil pretest atau “
test of entering behaviors “. Berdasarkan hasil pre test teaching
diagnostic ini maka secara garis besar murid dapat diidentifikasikan ke
dalam tiga kategori yaitu :
1)
Mereka
yang diperkirakan akan mampu menyelesaikan program proses belajar mengajar
utama sesuai dengan waktu yang telah disediakan ( ktegori normal rata – rata ).
2)
Mereka
yang diperkirakan akan sanggup menyelesaikan program lebih cepat dari waktu
yang telah ditetapkan (murid yang cepat).
3)
Mereka
yang diperkirakan akan terlambat atau tidak akan dapaat menyelesaikan program
sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan.
Atas dasar perkiraan di atas, maka ada tiga alternatif kemungkinan
teknik layanan pengajaran yang bersifat remedial, yaitu :
1)
Layanan
kepada kelompok belajar homogen.
2)
Layanan
pengajaran individual.
3)
Layanan
pengajaran secara kelompok dilengkapi kelas khusus remedial dan pengayaan.
3.
Strategi dan Pendekatan Pengajaran Remedial yang Bersifat
Pengembangan (development).
Pendekatan pengembangan merupakan
tindak lanjut dari during teaching diagnostic atau upaya diagnosis yang
dilakukan guru selama berlangsung program proses belajar mengajar.Sasarannya agar
murid mampu mengatasi kesulitan atau hambatan – hmbatan yang mungkin di alami
selama melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar.[4]
E.
Prosedur Pelaksanaan Pengajaran
Remedial.
Adapun prosedur pengajaran remedial tersebut tertera dalam bagan
skematis berikut :
Diagnostik
Kesulitanbelajar
|
Rekomendasi / Referal
|
1. Penelaahan kembali kasus.
|
2.Pemilihanalternatiftindakan.
|
3.Layanankonseling / Psikoterapi.
|
4.Pelaksanaanlayananpengajaran remedial.
|
5.PostTest / PengukuranKembaliHasilBelajar.
|
6. Reevaluasi / Rediagnosa.
|
7.TugasTambahan / AdditionalAssigment.
|
Hasil yang Diharapkan.
( TIK )
|
Dari bagan skematis tersebut di atas
dapat dikembangkan menjadi empat alternatif prosedur sesuai dengan
kebutuhannya. Ke empat alternatif tersebut ialah :
Prosedur I, mencakup langkah 1-2-3-4-5-6
Prosedur II, mencakup langkah 1-2-(3)-4-5-6
Prosedur III, mencakup langkah 1-2-3-4-5-6-(7)
Prosedur IV, mencakup langkah 1-2-(3)-4-5-6-(7)
Tujuan / sasaran dan kegiatannya sebagai berikut :
1.
Penelaahan Kembali Kasus dengan Permasalahannya.
Sasaran pokok langkah ini adalah
untuk memperoleh gambaran yang lebih definit fasilitas remedial yang
direkomendasikan, sesuai dengan sasaran pokok tersebut maka kegiatn di dalam
langkah ini difokuskan kepada suatu analisis rasional atas hasil diagnosis yang
telah dilakukan atau rekomendasi yang di terima dari pihak lain (guru, petugas
BP, dan sebagainya). Analisis ini merupakan kegiatan pengecekan kembali terhadap
:
1)
Kebenaran
(validitas) dan kelengkapan informasi yang mendukung pernyataan dan penjelasan
mengenai karakteristik kasus berikut permasalahannya.
2)
Revelansi
antara tafsiran kesimpulan yang di buat dengan data pendukung serta
konsistennya antara berbagai data dengan tafsiran dan kesimpulan satu sama lain
secara integral.
3)
Ketetapan
estimasi kemungkinan penanganannya berdasarkan hasil diagnosis yang di dukung
informasi yang tersedia dan relevan.
4)
Fasilitas
dari setiap alternatif tindakan remedial yang direkomendasikan.
2.
Menentukan Alternatif Pilihan.
Sasaran
pokok kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini adalah membuat suatu keputusan
pilihan alternatif mana yang harus di tempuh berdasarkan pertimbangan rasional
yang cermat. Dalam proses pengambilan keputusan ini ada beberapa prinsip
sebagai berikut :
a.
Efektifitas, dalam arti lebih berorientasi untuk tercapainya
tujuan pengajaran remidial yang diharapkan.
b.
Efisiensi, dalam arti lebih mementingkan usaha dan fasilitas
sedikit mungkin dengan hasil yang diharapkan sebanyak mungkin.
c.
Keserasian, dalam arti kesesuaian dengan :
a)
Jumlah,
jenis, usia dan sifat kepribadian khusus.
b)
Jenis,
karakteristik, intensitas latar belakang permasalahan.
c)
Tingkat
penguasaan teori, kemahiran praktek, dan sifat kepribadian guru yang membina.
d)
Kesediaan
dan adanya daya dukung sarana penunjang/lingkungan (ruang, waktu dengan
kelengkapan, sikap / bantuan pihak lain) yang diperlukan.
e)
Waktu
dan kesempatan yang tersedia pada pihak guru, pihak lain yang bersangkutan.
Selain guru harus
mengambil keputusan alternatif tindakan tersebut bukan sekedar atas dasar
alasan-alasan teknis operasional saja, melainkan juga pertimbangan etika dan
tanggung jawab moral kemanusiaan.
3.
Layanan Bimbingan dan
Konseling/Psikoterapi.
Sasaran
pokok yang hendak dicapai dalam layanan ini adalah terciptanya kesehatan mental
kasus, dalam arti ia terbebas dari hambatan dan ketegangan batin, untuk
kemudian siap sedia kembali melakukan kegiatan belajar secara wajar dan realistis.
Pada
batas-batas tertentu langkah ini dapat ditangani guru, namun mungkin di
perlukan bantuan dan kerjasama dengan
pihak-pihak lain yang lebih ahli (misalnya: petugas BP, psikolog, dokter dan
sebagainya).
Diantara
sekian banyak masalah kesulitan belajar yang dapat ditangani guru pada umumnya
antara lain :
a.
Kurangnya
motivasi dan minat belajar.
b.
Sikap
negatif terhadap guru, pelajaran dan belajar.
c.
Kebiasaan
belajar yang salah.
4.
Melaksanakan Pengajaran Remidial.
Sasaran
pokok langkah ini adalah tercapainya peningkatan prestasi belajar dan kemampuan
penyesuaian diri sesuai dengan kreteria keberhasilan yang di tetapkan.
1.
Mengadakan
Pengukuran Prestasi Belajar Murid.
2.
Mengadakan
Reevaluasi dan Rediagnosis.[5]
F.
Macam-macam Metode Pengajaran
Remidial.
1.
Pengertian Metode Mengajar dan
Kedudukan Metode dalam Proses Belajar Mengajar.
Metode mengajar dapat diartikan sebagai suatu cara
yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pengajaran agar tercapai tujuan
pengajaran (Ramayulis,1990). Dengan demikian metode mengajar ialah :
a.
Merupakan
salah satu komponen dari belajar mengajar.
b.
Merupakan
alat mencapai tujuan, yang didukung oleh alat-alat bantu mengajar.
c.
Merupakan
kebutuhan dalam suatu sistem pendidikan.
Dimana metode merupakan cara yang
sistematis yang digunakan untuk mencapai tujuan di dalam proses belajar
mengajar.Guru seharusnya menyadari tentang perlunya penguasaan berbagai metode
yang dapat dipergunakan dalam kelas untuk mencapai berbagai tujuan.
Metode dan teknik mengajar merupakan
alat bantu untuk mencapai tujuan dalam kegiatan proses belajar mengajar,
memerlukan pengetahuan tentang tujuan itu sendiri. Dengan kata lain seorang
guru akan memilih metode, maka dia harus berpedoman pada tujuan khusus yang
akan di capai. Hakikat tujuan adalah petunjuk bagi guru untuk memilih satu atau
serangkaian metode yang efektif.
Dengan demikian jelaslah bahwa kedudukan
metode dalam kegiatan proses belajar mengajar adalah sebagai alat untuk
mencapai tujuan.
2.
Faktor-faktor yang Harus Dipertimbangkan
dalam Memilih dan Mempergunakan Metode Mengajar.
Proses belajar mengajar adalah kegiatan guru dan
murid untuk mencapai tujuan tertentu (dalam hal ini tujuan pendidikan). Makin
jelas tujuan, makin jelas bahan dan metode penyampaiannya. Namun kemampuan
suatu metode di pengaruhi beberapa faktor.
Adapun faktor-faktor yang harus dipertimbangkan
dalam pemilihan dan penggunaan metode mengajar secara efektif adalah sebagai
berikut :
a.
Tujuan pengajaran.
Tujuan merupakan satu
di antara hal pokok yang harus diketahui dan disadari betul-betul oleh seorang
guru sebelum memulai mengajar.
Tahap pencampaian
tujuan pengajaran pada hakekatnya merupakan petunjuk praktis tentang sejauh
mana proses belajar mengajar itu harus dibawa untuk mencapai tujuan terakhir.
Metode mengajar
merupakan alat untuk mencapai tujuan pengajaran. Oleh karena itu semua metode
apapun harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dan bukan
sebaliknya.
b.
Bahan pengajaran.
Bahan pengajaran
merupakan materi yang perlu diberikan atau dipelajari siswa agar tujuan yang
telah ditetapkan dapat tercapai. Bahan pengajaran dapat berupa pengertian,
bidang pengetahuan, ilmu dan pembentukan kemampuan daya jiwa berupa cipta, rasa
dan karsa maupun bidang sikap sosial dan demokratis terhadap keluarga,
lingkungan hidup, sekolah, masyarakat sekitar, negara, kemanusiaan serta
ketuhanan, sesuai dengan jenis sekolah dan kematangan perkembangan pribadi dan
potensi dan bakat anak (Imanjsah Allpondle,Tanpa Tahun). Misalnya bahan
pengajaran yang mengandung rangkaian banyak problem, menghendaki metode problem solving (pemecahan masalah) dan
mungkin juga metode diskusi dan lain sebagainya.
c.
Guru/pendidik.
Pendidik/guru adalah
orang yang memikul tanggung jawab untuk membimbing. Pendidik ini bukan hanya
bertanggung jawab untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa saja tetapi juga
membentuk kepribadian murid yang bernilai tinggi. Dengan demikian tugas guru
yang paling utama adalah mengajar dan mendidik.
Dalam melaksanakan
tugasnya sebagai pengajar maupun pendidik, seorang guru perlu menguasai dan
mampu menetapkan prinsip-prinsip metode agar usahanya berhasil dengan baik dan
dapat dipertanggungjawabkan, sebab metode mengajar merupakan bagian yang tak
dapat dipisahkan dari proses pendidikan dan pengajaran. Dalam memilih dan
menggunakan metode yang tepat, maka guru perlu mempertimbangkan
kemampuannyadalam hal penguasaan terhadap berbagai macam metode pengajaran.
d.
Peserta didik.
Peserta didik dalam
proses belajar mengajar dapat sebagai objekdan subjek dalam proses pengajaran.
Dikatakan sebagai objek, karena murid adalah menjadi sasaran dalam proses
mengajar guru. Sedangkan dikatakan subjek, karena murid dalam belajar adalah
mengalami/pelaku dalam proses belajar membelajarkan diri agar terjadi perubahan
pada dirinya baik menyangkut ranah kognitif, efektif, maupun psikomotorik.
Dalam memilih dan
mempergunakan metode mengajar yang tepat guru harus mempertimbangkan faktor
peserta didik/murid yaitu tingkat pengetahuan, kemampuandan kematangan peserta
didik.misalnya dalam menggunakan metode diskusi, murid di tuntut untuk memiliki
pengetahuan tentang bahan pelajaran yang akan didiskusikan, disamping kemampuan
untuk menyampaikan analisis dengan bahasa memadai. Maka penerapan suatu metode
perlu disesuaikan dengan tingkat kemampuan psikologis dan kematangn murid.
e.
Situasi mengajar (Mahfudz
Salahuddin, 2007)
Maksudnya situasi atau
sekitar, dimana murid sedang melaksanakan kegiatan belajar, juga menuntut
penerapan metode yang berlainan sesuai dengan yang diperlukan. Dalam situasi
udara panas misalnya, apabila guru menggunakan metode ceramah, sudah barang
tentu tidak akan respon belajar yang optimal, melainkan akan sia-sia belaka.
Maka, seharusnya menggunakan metode peragaan yang melalui metode sosiodrama
atau psikodrama.
3.
Beberapa Metode Pengajaran
Remedial.
Metodepengajaran remidial merupakan metode yang
dilaksanakan dalam keseluruhan kegiatan bimbingan kesulitan belajar mulai dari
langkah-langkah identifikasi kasus sampai dengan langkah tindak selanjutnya.
Beberapa metode yang dapat digunakan dalam
pelaksanaan pengajaran remidial yaitu :
a.
Metode Pemberian Tugas.
Metode pemberian tugas adalah suatu metode yang dilakukan guru dengan memberikan
tugas-tugas tertentu kepada murid baik secara kelompok maupun secara
individual.Adapun penetapan jenis dan sifat tugas yang diberikan disesuaikan
dengan jenis,sifat dan latar belakang kesulitan belajar yang dihadapi.
Misalnya
untuk mengetahui untuk mengetahui kasus murid yang mengalami kesulitan dan
menerapkan Qawaid (tata bahasa) dalam bahasa Arab, dilakukan dengan memberikan
tugas kepada murid untuk membuat suatu karangan dalam bahasa Arab. Dari
keterangan tersebut dapat diketahui murid yang belum mengggunakan tata bahasa
dalam bahasa Arab secara tepat baik sifat maupun jenis kesulitannya.
b.
Metode Diskusi.
Metode diskusi adalah sebagai suatu proses pendekatan dari murid dalam
memecahkan masalah secara analitis ditinjau dari berbagai titik pandang.
Tujuannya adalah menentukan pemecahan masalah, suatu pertemuan pendapat atau
suatu konfromi yang disepakati bersama sebagai gambaran dari gagasan-gagasan
terbaik yang diperoleh dari pembicaraan bersama.
Metode diskusi juga dapat pula digunakan
untuk membantu seorang murid yang mengalami kesulitan belajar. Bantuan
diberikan melalui kegiatan diskusi, yaitu supaya murid tersebut dapat
mengadakan interaksi dengan teman-temannya dalam kelompok diskusi.
c.
Metode Tanya Jawab.
Metode tanya jawab merupakan bentuk interaksi langsung secara lisan antara guru
dengan murid. Dalam pengajaran remidial metode tanya jawab dapat dilakukan
dalam bentuk dialog antara guru dan murid yang mengalami kesulitan belajar.
Metode
tanya jawab selain sebagai bentuk bantuan, juga dapat digunakan sebagai langkah
pengenalan kasus dan langkah diagnosis dalam keseluruhan proses pengajaran remidial.
Dalam hubungan ini guru dapat mengetahui murid yang mengalami ksulitan belajar
dan mengenal jenis atau sifat kesulitan yang dihadapi melalui tanya jawab.
d.
Metode Kerja Kelompok.
Metode kerja kelompok adalah penyajian dengan cara pemberian tugas-tugas untuk
mempelajari sesuatu kepada kelompok-kelompok belajar yang sudah ditentukan
dalam rangka mencapai tujuan.Dalam metode kerja kelompok ini beberapa murid
secara bersama-sama ditugaskan untuk mengerjakan suatu tugas tertentu.
Dalam
kerja kelompok yang terpenting adalah interaksi antara anggota kelompok dan
dari interaksi ini diharapkan akan terjadi perbaikan pada diri murid yang
mengalami kesulitan dalam belajar.
Adapun
langkah-langkah yang ditempuh dalam kegiatan kelompok adalah :
a)
Tetapkan
murid atau sekelompok murid yang mengalami kesulitan belajar, dalam hal apapun
kesulitan itu terjadi dan apa latar belakangnya.
b)
Tetapkan
karakteristik hubungan sosial murid yang mengalami kesulitan belajar. Misalnya
; dengan siapa ia sering bergaul, oleh siapa dia sdisenangi, kegiatan apa yang
paling disenangi dan sebagainya.
c)
Tetapkan
jenis kegiatan kelompok yang akan dilakukan. Misalnya; merencanakan suatu
pameran, memecahkan suatu soal dan sebagainya.
d)
Membentuk
kelompok dengan memperhatikan besarnya kelompok, ciri-ciri kelompok dan
pemimpin kelompok.
e)
Penjelasan
tentang tata kerja kelompok.
f)
Pelaksanaan
kegiatan kelompok.
g)
Evaluasi
kegiatan kelompok.
h)
Tindak
lanjut kegiatan.
e.
Metode Tutor Sebaya.
Tutor sebaya adalah seorang murid yang ditunjuk dan ditugaskan untuk
membantu murid tertentu yang mengalami kesulitan belajar. Murid yang ditunjuk
sebagai tutor akan ditugaskan untuk membantu murid yang mengalami kesulitan
belajar berdasarkan petunjuk-petunjuk yang diberikan guru.
Murid
yang dipilih sebagai tutor adalah murid yang tergolong dalam prestasi
belajarnya baik dan mempunyai hubungan sosial yang aik dengan teman-temannya,
ia harus diterimadan cukup disenangi oleh teman-temannya terutama oleh murid
yang mengalami kesulitan belajar. Dalam pelaksaan metode tutor sebaya, tertanya
tutor ini dapat membantu teman-temannya baik secara individual maupun secara
kelompok berdasarkan petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh guru.
f.
Metode Pengajaran Individual.
Pengajaran individual adalah suatu bentuk proses belajar mengajar yang dilakukan
secara individual, artinya dalam bentuk interaksi antara guru dengan seorang
murid secara individual. Dengan pengajaran individual ini guru mempunyai banyak
waktu untuk memonitor kemajuan belajar murid, mendorong murid belajar lebih
giat dan membantu secara langsung dari murid menghadapi kesulitan-kesulitannya.
Dengan sifat yang demikian jelas bahwa motto “ ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”
benar-benar dilaksanakan.
Pengajaran
individual dalam rangka pengajaran remidial bersifat menyembuhkan atau
memperbaiki cara-cara belajar yang dilakukan murid. Pengajaran individual
banyak memberikan manfaat, karena dalam pelaksanaannya terjadi interaksi yang
lebih dekat antara guru dengan murid, sehingga terjadi saling pengertian antara
keduanya.
Untuk
melaksanakan pengajaran individual dalam pengajaran remidial, maka guru
dituntut memiliki kemampuan sebagai pembimbing, misalnya ulet, sabar,
bertanggung jawab, menerima, memahami, disenangi, dan sebagainya. Ia harus
mampu menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga dalam proses pengajaran
terjadi interaksi yang bersifat membantu.[6]
[1]Drs. H.
Mulyadi, M. Pd. I, Diagnosis Kesulitan
Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus, (Malang: Nuha
Litera: 2008), hal 44-46
[2]Drs. H.
Mulyadi, M. Pd. I, Diagnosis Kesulitan
Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus, (Malang: Nuha
Litera: 2008), hal 46-48
[3]Drs. H.
Mulyadi, M. Pd. I, Diagnosis Kesulitan
Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus, (Malang: Nuha
Litera: 2008), hal 48-52
[4]Drs. H.
Mulyadi, M. Pd. I, Diagnosis Kesulitan
Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus, (Malang: Nuha
Litera: 2008), hal 52-63
[5]Drs. H.
Mulyadi, M. Pd. I, Diagnosis Kesulitan
Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus, (Malang: Nuha
Litera: 2008), hal 63-71
[6]Drs. H.
Mulyadi, M. Pd. I, Diagnosis Kesulitan
Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus, (Malang: Nuha
Litera: 2008), hal 71-87
Tidak ada komentar:
Posting Komentar