Kamis, 16 Oktober 2014

evaluasi diagnosis kesulitan belajar pengajaran remidial



PENGAJARAN REMIDIAL.

A.    Pengertian Pengajaran Remedial dan Ciri – Cirinya.
Di tinjau dari arti kata, “ Remedial “ berarti “ Sesuatu yang berhubungan dengan perbaikan “. Dengan demikian, Pengajaran Remedial adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat penyembuhan atau bersifat perbaikan. Pengajaran Remedial merupakan bentuk kasus pengajaran, yang bermaksud membuat baik atau penyembuhan.
Ada pun ciri – ciri pengajaran remedial sebagai berikut :
1.      Pengajaran remedial dilaksanakan setelah diketahui kesulitan belajar dan kemudian diberikan pelayanan khusus sesuai dengan sifat, jenis, dan latar belakangnya.
2.      Dalam pengajaran remedial tujuan instruksional disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dihadapi murid.
3.      Metode yang digunakan pada pengajaran remedial bersifat diferensial artinya disesuaikan dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan belajarnya.
4.      Alat – alat yang dipergunakan dalam pengajaran remedial lebih bervariasi dan mungkin murid tertentu lebih memerlukan alat khusus tertentu. Misalnya, penggunaan tes diagnostik, sosiometri, dan alat – alat laboratorium.
5.      Pengajaran remedial dilaksanakan dengan kerjasama dengan pihak lain. Misalnya, pembimbing, ahli lain, dan sebagainya.
6.      Pengajaran remedial menuntut pendekatan dan teknik yang lebih diferensial, maksudnya lebih disesuaikan dengan keadaan masing – masing pribadi murid yang akan di bantu. Misalnya, pendekatan individualisme melalui konseling lebih banyak digunakan dalam pengajaran remedial.
7.      Dalam pengajaran remedial, alat evaluasi yang dipergunakan disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dihadapi murid.[1]


B.     Pentingnya Pengajaran Remedial dalam Proses Belajar Mengajar.
Pengajaran remedial mempunyai peranan penting dalam keseluruhan proses belajar mengajar, khususnya dalam mencapai hasil belajar yang optimal. Pengajaran remedial merupakan pelengkap dari proses pengajaran secara keseluruhan.
Beberapa alasan pentingnya pengajaran remedial, dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu :
1.      Warga Belajar.
Warga belajar (murid), ternyata masih banyak yang mendapatkan nilai prestasi belajar kurang. Kenyataan menunjukkan pula bahwa setiap murid mempunyai perbedaan individual dalam proses belajarnya. Ada yang lambat ada yang cepat.
2.      Pendidik dan Pengajar (guru).
Dalam melaksanakan tugas, peranan seorang guru bukan hanya sekedar penyampai pengetahuan kepada murid tetapi juga mempunyai peranan sebagai pembimbing yang harus dapat membantu murid memahami dirinya dan mampu mengatasi hambatan – hambatan di dalam dirinya. Dalam kaitan inilah pengajaran remedial merupakan salah satu upaya yang dapat dilaksanakan oleh seorang guru dalam memberikan peluang yang besar bagi setiap murid untuk dapat mencapai prestasi belajar secara optimal dan maksimal.
3.      Proses Belajar.
Adanya gejala kesulitan belajar merupakan indikasi belum adanya perubahan tingkah laku secara keseluruhan. Oleh karena itu masih diperlukan proses belajar mengajar khusus yang dapat membantu pencapaian keseluruhan perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pengajaran remedial mempunyai peranan yang penting terhadap keberhasilan proses belajar mengajar secara keseluruhan.
4.      Pelayanan Bimbingan.
Untuk melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling yang sebaik – baiknya, pengajaran remedial merupakan salah satu bentuk pelayanan bimbingan dan konseling melalui interaksi belajar megajar. Dengan demikian pengajaran remedial menunjang pelaksanaan bimbingan dan konseling dan sebaiknya pelaksanaan bimbingan dan konseling dapat menunjang pelaksanaan pengajaran remedial.[2]

C.    Tujuan, Fungsi, dan Prinsip Pengajaran Remedial.
1.      Tujuan Pengajaran Remedial.
Tujuan pengajaaran remedial secara terinci adalah agar murid dapat :
1)      Memahami dirinya, khususnya yang menyangkut prestasi belajar meliputi segi kekuatan, kelemahan, jenis, dan sifat kesulitan.
2)      Memperbaiki cara – cara belajar ke arah yang lebih baik sesuai dengan kesulitan yang dihadapi.
3)      Memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat untuk mengatasi kesulitan belajarnya.
4)      Mengembangkan sikap – sikap dan kebiasaan baru yang dapat mendorong tercapainya hasil belajar yang baik.
5)      Mengatasi hambatan – hambatan belajar yang menjadi latar belakang kesulitannya.

2.      Fungsi Pengajaran Remedial.
Adapun beberapa fungsi pengajaran remedial tersebut adalah :
1)      Fungsi Korektif.
Pengajaran remedial mempunyai korektif, artinya melalui pengajaran remedial dapat diadakan pembentukan atau perbaikan terhadap sesuatu yang di anggap masih belum mencapai apa yang diharapkan dalam keseluruhan proses belajar mengajar.
2)      Fungsi Penyesuaian.
Fungsi penyesuaian adalah agar dapat membantu murid untuk menyesuaikan dirinya terhadap tuntutan kegiatan belajar.
3)      Fungsi Pemahaman.
Fungsi pemahaman adalah agar pengajaran remedial memungkinkan guru, murid, dan pihak – pihak lain dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap pribadi murid.
4)      Fungsi Pengayaan.
Fungsi pengayaan dimaksud agar pengajaran remedial dapat memperkaya proses belajar mengajar.
5)      Fungsi Terapeutik.
Dengan pengajaran remedial secara langsung atau tidak langsung dapat menyembuhkan atau memperbaiki kondisi – kondisi kepribadian murid yang diperkirakan menunjukkan adanya penyimpangan.
6)      Fungsi Akselerasi.
Fungsi akselerasi adalah agar pengajaran remedial dapat mempercepat proses belajar baik dalam arti waktu maupun materi.

3.      Prinsip – Prinsip Pengajaran Remedial.
1)      Penyiapan pembelajaran, proses identifikasi kebutuhan siswa dan menyiapkan rencana pembelajaran agar efektif.
2)      Merancang berbagai kegiatan pembelajaran remedial untuk siswa dengan bervariasi.
3)      Merancang belajar bermakna, misalnya kuis, games, dan sebagainya.
4)      Pemilihan pendekatan pembelajaran.
5)      Memberikan arahan yang jelas untuk menghindari kebingungan siswa.
6)      Merumuskan gagasan utama sesuai dengan kesulitan yang dialami siswa.
7)      Meningkatkan keinginan belajar dan motivasi kepada siswa.
8)      Mendorong siswa berpartisipasi aktif dalam kelas.
9)      Memperlihatkan kepedulian terhadap individu siswa.[3]

D.     Strategi dan Pendekatan Remedial.
Strategi dan pendekatan pengajaran remedial ada tiga, yaitu :
1.      Strategi dan Pendekatan Pengajaran Remedial yang Bersifat Kuratif.
Adapun yang menjadi sasaran pokok pengajaran remedial yang bersifat kuratif adalah :
1)      Murid yang prestasinya jauh di bawah kriteria kebeerhasilan, diusahakan pada suatu saat tertentu dapat mencapai kriteria keberhasilan minimal tersebut.
2)      Murid yang masih kurang sedikit dari keberhasilan minimal diupayakan suatu saat dapat disempurnakan.
Untuk mencapai sasaran – sasaran pokok tersebut para ahli psikologi pendidikan telah mengembangkan beberapa teknik pendekatan yaitu :
1.      Pendekatan Pengulangan ( repitition ).
Sejalan dengan diagnosisnya, pengulangan ini dapat terdiri dari beberapa tingkatan yaitu :
1.      Pada setiap akhir jam pertemuan tertentu.
2.      Pada setiap akhir unit ( satuan bahan ) pelajaran tertentu.
3.      Pada akhir setiap satuan program studi ( triwulan / semester ).
2.      Pengayaan dan Pengukuhan ( enrichment dan reinforcement ).
Adapun teknik pelaksanaannya adalah guru memberikan tugas / soal pekerjaan rumah kepada murid – murid yang relatif lemah, sedangkan kepada murid – murid yang cepat belajarnya tugas yang diberikan guru harus dikerjakan di kelas itu juga, sementara murid – murid lain mengerjakan proses belajar mengajar utamanya.
3.      Kecepatan (accelaration / akselerasi).
Pelayanan akselerasi diberikan kepada murid berbakat yang menunjukkan kesulitan psikososial yaitu dengan jalan mengadakan akselerasi atau promosi kepada program utama berikutnya yang lebih tinggi.

2.        Strategi dan Pendekatan Pengajaran Remedial yang Bersifat Preventif.
Dalam pendekatan yang bersifat kuratif, tindakan remedial itu berpangkal tolak dari hasil post test diagnostic berdasarkan data – data hasil tes sumatif, maka pendekatan preventif bertolak dari hasil pretest atau “ test of entering behaviors “. Berdasarkan hasil pre test teaching diagnostic ini maka secara garis besar murid dapat diidentifikasikan ke dalam tiga kategori yaitu :
1)      Mereka yang diperkirakan akan mampu menyelesaikan program proses belajar mengajar utama sesuai dengan waktu yang telah disediakan ( ktegori normal rata – rata ).
2)      Mereka yang diperkirakan akan sanggup menyelesaikan program lebih cepat dari waktu yang telah ditetapkan (murid yang cepat).
3)      Mereka yang diperkirakan akan terlambat atau tidak akan dapaat menyelesaikan program sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan.
Atas dasar perkiraan di atas, maka ada tiga alternatif kemungkinan teknik layanan pengajaran yang bersifat remedial, yaitu :
1)      Layanan kepada kelompok belajar homogen.
2)      Layanan pengajaran individual.
3)      Layanan pengajaran secara kelompok dilengkapi kelas khusus remedial dan pengayaan.

3.      Strategi dan Pendekatan Pengajaran Remedial yang Bersifat Pengembangan (development).
Pendekatan pengembangan merupakan tindak lanjut dari during teaching diagnostic atau upaya diagnosis yang dilakukan guru selama berlangsung program proses belajar mengajar.Sasarannya agar murid mampu mengatasi kesulitan atau hambatan – hmbatan yang mungkin di alami selama melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar.[4]
E.     Prosedur Pelaksanaan Pengajaran Remedial.
Adapun prosedur pengajaran remedial tersebut tertera dalam bagan skematis berikut :
Diagnostik
Kesulitanbelajar
Rekomendasi / Referal
1.      Penelaahan kembali kasus.
2.Pemilihanalternatiftindakan.
3.Layanankonseling / Psikoterapi.
4.Pelaksanaanlayananpengajaran remedial.
5.PostTest / PengukuranKembaliHasilBelajar.
6. Reevaluasi / Rediagnosa.
7.TugasTambahan / AdditionalAssigment.
Hasil yang Diharapkan.
( TIK )
 























Dari bagan skematis tersebut di atas dapat dikembangkan menjadi empat alternatif prosedur sesuai dengan kebutuhannya. Ke empat alternatif tersebut ialah :
Prosedur I, mencakup langkah 1-2-3-4-5-6
Prosedur II, mencakup langkah 1-2-(3)-4-5-6
Prosedur III, mencakup langkah 1-2-3-4-5-6-(7)
Prosedur IV, mencakup langkah 1-2-(3)-4-5-6-(7)
Tujuan / sasaran dan kegiatannya sebagai berikut :
1.      Penelaahan Kembali Kasus dengan Permasalahannya.
Sasaran pokok langkah ini adalah untuk memperoleh gambaran yang lebih definit fasilitas remedial yang direkomendasikan, sesuai dengan sasaran pokok tersebut maka kegiatn di dalam langkah ini difokuskan kepada suatu analisis rasional atas hasil diagnosis yang telah dilakukan atau rekomendasi yang di terima dari pihak lain (guru, petugas BP, dan sebagainya). Analisis ini merupakan kegiatan pengecekan kembali terhadap :
1)      Kebenaran (validitas) dan kelengkapan informasi yang mendukung pernyataan dan penjelasan mengenai karakteristik kasus berikut permasalahannya.
2)      Revelansi antara tafsiran kesimpulan yang di buat dengan data pendukung serta konsistennya antara berbagai data dengan tafsiran dan kesimpulan satu sama lain secara integral.
3)      Ketetapan estimasi kemungkinan penanganannya berdasarkan hasil diagnosis yang di dukung informasi yang tersedia dan relevan.
4)      Fasilitas dari setiap alternatif tindakan remedial yang direkomendasikan.
2.      Menentukan Alternatif Pilihan.
Sasaran pokok kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini adalah membuat suatu keputusan pilihan alternatif mana yang harus di tempuh berdasarkan pertimbangan rasional yang cermat. Dalam proses pengambilan keputusan ini ada beberapa prinsip sebagai berikut :
a.      Efektifitas, dalam arti lebih berorientasi untuk tercapainya tujuan pengajaran remidial yang diharapkan.
b.      Efisiensi, dalam arti lebih mementingkan usaha dan fasilitas sedikit mungkin dengan hasil yang diharapkan sebanyak mungkin.
c.       Keserasian, dalam arti kesesuaian dengan :
a)      Jumlah, jenis, usia dan sifat kepribadian khusus.
b)      Jenis, karakteristik, intensitas latar belakang permasalahan.
c)      Tingkat penguasaan teori, kemahiran praktek, dan sifat kepribadian guru yang membina.
d)     Kesediaan dan adanya daya dukung sarana penunjang/lingkungan (ruang, waktu dengan kelengkapan, sikap / bantuan pihak lain) yang diperlukan.
e)      Waktu dan kesempatan yang tersedia pada pihak guru, pihak lain yang bersangkutan.
Selain guru harus mengambil keputusan alternatif tindakan tersebut bukan sekedar atas dasar alasan-alasan teknis operasional saja, melainkan juga pertimbangan etika dan tanggung jawab moral kemanusiaan.
3.      Layanan Bimbingan dan Konseling/Psikoterapi.
Sasaran pokok yang hendak dicapai dalam layanan ini adalah terciptanya kesehatan mental kasus, dalam arti ia terbebas dari hambatan dan ketegangan batin, untuk kemudian siap sedia kembali melakukan kegiatan belajar secara wajar dan realistis.
Pada batas-batas tertentu langkah ini dapat ditangani guru, namun mungkin di perlukan bantuan dan kerjasama  dengan pihak-pihak lain yang lebih ahli (misalnya: petugas BP, psikolog, dokter dan sebagainya).
Diantara sekian banyak masalah kesulitan belajar yang dapat ditangani guru pada umumnya antara lain :
a.       Kurangnya motivasi dan minat belajar.
b.      Sikap negatif terhadap guru, pelajaran dan belajar.
c.       Kebiasaan belajar yang salah.
4.      Melaksanakan Pengajaran Remidial.
Sasaran pokok langkah ini adalah tercapainya peningkatan prestasi belajar dan kemampuan penyesuaian diri sesuai dengan kreteria keberhasilan yang di tetapkan.
                                   1.         Mengadakan Pengukuran Prestasi Belajar Murid.
                                   2.         Mengadakan Reevaluasi dan Rediagnosis.[5]

F.     Macam-macam Metode Pengajaran Remidial.
1.      Pengertian Metode Mengajar dan Kedudukan Metode dalam Proses Belajar Mengajar.
Metode mengajar dapat diartikan sebagai suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pengajaran agar tercapai tujuan pengajaran (Ramayulis,1990). Dengan demikian metode mengajar ialah :
a.       Merupakan salah satu komponen dari belajar mengajar.
b.      Merupakan alat mencapai tujuan, yang didukung oleh alat-alat bantu mengajar.
c.       Merupakan kebutuhan dalam suatu sistem pendidikan.
Dimana metode merupakan cara yang sistematis yang digunakan untuk mencapai tujuan di dalam proses belajar mengajar.Guru seharusnya menyadari tentang perlunya penguasaan berbagai metode yang dapat dipergunakan dalam kelas untuk mencapai berbagai tujuan.
Metode dan teknik mengajar merupakan alat bantu untuk mencapai tujuan dalam kegiatan proses belajar mengajar, memerlukan pengetahuan tentang tujuan itu sendiri. Dengan kata lain seorang guru akan memilih metode, maka dia harus berpedoman pada tujuan khusus yang akan di capai. Hakikat tujuan adalah petunjuk bagi guru untuk memilih satu atau serangkaian metode yang efektif.
Dengan demikian jelaslah bahwa kedudukan metode dalam kegiatan proses belajar mengajar adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan.
2.      Faktor-faktor yang Harus Dipertimbangkan dalam Memilih dan Mempergunakan Metode Mengajar.
Proses belajar mengajar adalah kegiatan guru dan murid untuk mencapai tujuan tertentu (dalam hal ini tujuan pendidikan). Makin jelas tujuan, makin jelas bahan dan metode penyampaiannya. Namun kemampuan suatu metode di pengaruhi beberapa faktor.
Adapun faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan dan penggunaan metode mengajar secara efektif adalah sebagai berikut :
a.      Tujuan pengajaran.
Tujuan merupakan satu di antara hal pokok yang harus diketahui dan disadari betul-betul oleh seorang guru sebelum memulai mengajar.
Tahap pencampaian tujuan pengajaran pada hakekatnya merupakan petunjuk praktis tentang sejauh mana proses belajar mengajar itu harus dibawa untuk mencapai tujuan terakhir.
Metode mengajar merupakan alat untuk mencapai tujuan pengajaran. Oleh karena itu semua metode apapun harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dan bukan sebaliknya.
b.      Bahan pengajaran.
Bahan pengajaran merupakan materi yang perlu diberikan atau dipelajari siswa agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Bahan pengajaran dapat berupa pengertian, bidang pengetahuan, ilmu dan pembentukan kemampuan daya jiwa berupa cipta, rasa dan karsa maupun bidang sikap sosial dan demokratis terhadap keluarga, lingkungan hidup, sekolah, masyarakat sekitar, negara, kemanusiaan serta ketuhanan, sesuai dengan jenis sekolah dan kematangan perkembangan pribadi dan potensi dan bakat anak (Imanjsah Allpondle,Tanpa Tahun). Misalnya bahan pengajaran yang mengandung rangkaian banyak problem, menghendaki metode problem solving (pemecahan masalah) dan mungkin juga metode diskusi dan lain sebagainya.
c.       Guru/pendidik.
Pendidik/guru adalah orang yang memikul tanggung jawab untuk membimbing. Pendidik ini bukan hanya bertanggung jawab untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa saja tetapi juga membentuk kepribadian murid yang bernilai tinggi. Dengan demikian tugas guru yang paling utama adalah mengajar dan mendidik.
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar maupun pendidik, seorang guru perlu menguasai dan mampu menetapkan prinsip-prinsip metode agar usahanya berhasil dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan, sebab metode mengajar merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari proses pendidikan dan pengajaran. Dalam memilih dan menggunakan metode yang tepat, maka guru perlu mempertimbangkan kemampuannyadalam hal penguasaan terhadap berbagai macam metode pengajaran.
d.      Peserta didik.
Peserta didik dalam proses belajar mengajar dapat sebagai objekdan subjek dalam proses pengajaran. Dikatakan sebagai objek, karena murid adalah menjadi sasaran dalam proses mengajar guru. Sedangkan dikatakan subjek, karena murid dalam belajar adalah mengalami/pelaku dalam proses belajar membelajarkan diri agar terjadi perubahan pada dirinya baik menyangkut ranah kognitif, efektif, maupun psikomotorik.
Dalam memilih dan mempergunakan metode mengajar yang tepat guru harus mempertimbangkan faktor peserta didik/murid yaitu tingkat pengetahuan, kemampuandan kematangan peserta didik.misalnya dalam menggunakan metode diskusi, murid di tuntut untuk memiliki pengetahuan tentang bahan pelajaran yang akan didiskusikan, disamping kemampuan untuk menyampaikan analisis dengan bahasa memadai. Maka penerapan suatu metode perlu disesuaikan dengan tingkat kemampuan psikologis dan kematangn murid.
e.       Situasi mengajar (Mahfudz Salahuddin, 2007)
Maksudnya situasi atau sekitar, dimana murid sedang melaksanakan kegiatan belajar, juga menuntut penerapan metode yang berlainan sesuai dengan yang diperlukan. Dalam situasi udara panas misalnya, apabila guru menggunakan metode ceramah, sudah barang tentu tidak akan respon belajar yang optimal, melainkan akan sia-sia belaka. Maka, seharusnya menggunakan metode peragaan yang melalui metode sosiodrama atau psikodrama.



3.      Beberapa Metode Pengajaran Remedial.
Metodepengajaran remidial merupakan metode yang dilaksanakan dalam keseluruhan kegiatan bimbingan kesulitan belajar mulai dari langkah-langkah identifikasi kasus sampai dengan langkah tindak selanjutnya.
Beberapa metode yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pengajaran remidial yaitu :
                          a.         Metode Pemberian Tugas.
Metode pemberian tugas adalah suatu metode yang dilakukan guru dengan memberikan tugas-tugas tertentu kepada murid baik secara kelompok maupun secara individual.Adapun penetapan jenis dan sifat tugas yang diberikan disesuaikan dengan jenis,sifat dan latar belakang kesulitan belajar yang dihadapi.
Misalnya untuk mengetahui untuk mengetahui kasus murid yang mengalami kesulitan dan menerapkan Qawaid (tata bahasa) dalam bahasa Arab, dilakukan dengan memberikan tugas kepada murid untuk membuat suatu karangan dalam bahasa Arab. Dari keterangan tersebut dapat diketahui murid yang belum mengggunakan tata bahasa dalam bahasa Arab secara tepat baik sifat maupun jenis kesulitannya.
                          b.         Metode Diskusi.
Metode diskusi adalah sebagai suatu proses pendekatan dari murid dalam memecahkan masalah secara analitis ditinjau dari berbagai titik pandang. Tujuannya adalah menentukan pemecahan masalah, suatu pertemuan pendapat atau suatu konfromi yang disepakati bersama sebagai gambaran dari gagasan-gagasan terbaik yang diperoleh dari pembicaraan bersama.
Metode diskusi juga dapat pula digunakan untuk membantu seorang murid yang mengalami kesulitan belajar. Bantuan diberikan melalui kegiatan diskusi, yaitu supaya murid tersebut dapat mengadakan interaksi dengan teman-temannya dalam kelompok diskusi.
                          c.         Metode Tanya Jawab.
Metode tanya jawab merupakan bentuk interaksi langsung secara lisan antara guru dengan murid. Dalam pengajaran remidial metode tanya jawab dapat dilakukan dalam bentuk dialog antara guru dan murid yang mengalami  kesulitan belajar.
Metode tanya jawab selain sebagai bentuk bantuan, juga dapat digunakan sebagai langkah pengenalan kasus dan langkah diagnosis dalam keseluruhan proses pengajaran remidial. Dalam hubungan ini guru dapat mengetahui murid yang mengalami ksulitan belajar dan mengenal jenis atau sifat kesulitan yang dihadapi melalui tanya jawab.

                          d.         Metode Kerja Kelompok.
Metode kerja kelompok adalah penyajian dengan cara pemberian tugas-tugas untuk mempelajari sesuatu kepada kelompok-kelompok belajar yang sudah ditentukan dalam rangka mencapai tujuan.Dalam metode kerja kelompok ini beberapa murid secara bersama-sama ditugaskan untuk mengerjakan suatu tugas tertentu.
Dalam kerja kelompok yang terpenting adalah interaksi antara anggota kelompok dan dari interaksi ini diharapkan akan terjadi perbaikan pada diri murid yang mengalami kesulitan dalam belajar.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam kegiatan kelompok adalah :
a)      Tetapkan murid atau sekelompok murid yang mengalami kesulitan belajar, dalam hal apapun kesulitan itu terjadi dan apa latar belakangnya.
b)      Tetapkan karakteristik hubungan sosial murid yang mengalami kesulitan belajar. Misalnya ; dengan siapa ia sering bergaul, oleh siapa dia sdisenangi, kegiatan apa yang paling disenangi dan sebagainya.
c)      Tetapkan jenis kegiatan kelompok yang akan dilakukan. Misalnya; merencanakan suatu pameran, memecahkan suatu soal dan sebagainya.
d)     Membentuk kelompok dengan memperhatikan besarnya kelompok, ciri-ciri kelompok dan pemimpin kelompok.
e)      Penjelasan tentang tata kerja kelompok.
f)       Pelaksanaan kegiatan kelompok.
g)      Evaluasi kegiatan kelompok.
h)      Tindak lanjut kegiatan.
                          e.         Metode Tutor Sebaya.
Tutor sebaya adalah seorang murid yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu murid tertentu yang mengalami kesulitan belajar. Murid yang ditunjuk sebagai tutor akan ditugaskan untuk membantu murid yang mengalami kesulitan belajar berdasarkan petunjuk-petunjuk yang diberikan guru.
Murid yang dipilih sebagai tutor adalah murid yang tergolong dalam prestasi belajarnya baik dan mempunyai hubungan sosial yang aik dengan teman-temannya, ia harus diterimadan cukup disenangi oleh teman-temannya terutama oleh murid yang mengalami kesulitan belajar. Dalam pelaksaan metode tutor sebaya, tertanya tutor ini dapat membantu teman-temannya baik secara individual maupun secara kelompok berdasarkan petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh guru.



                          f.          Metode Pengajaran Individual.
Pengajaran individual adalah suatu bentuk proses belajar mengajar yang dilakukan secara individual, artinya dalam bentuk interaksi antara guru dengan seorang murid secara individual. Dengan pengajaran individual ini guru mempunyai banyak waktu untuk memonitor kemajuan belajar murid, mendorong murid belajar lebih giat dan membantu secara langsung dari murid menghadapi kesulitan-kesulitannya. Dengan sifat yang demikian jelas bahwa motto “ ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” benar-benar dilaksanakan.
Pengajaran individual dalam rangka pengajaran remidial bersifat menyembuhkan atau memperbaiki cara-cara belajar yang dilakukan murid. Pengajaran individual banyak memberikan manfaat, karena dalam pelaksanaannya terjadi interaksi yang lebih dekat antara guru dengan murid, sehingga terjadi saling pengertian antara keduanya.
Untuk melaksanakan pengajaran individual dalam pengajaran remidial, maka guru dituntut memiliki kemampuan sebagai pembimbing, misalnya ulet, sabar, bertanggung jawab, menerima, memahami, disenangi, dan sebagainya. Ia harus mampu menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga dalam proses pengajaran terjadi interaksi yang bersifat membantu.[6]




[1]Drs. H. Mulyadi, M. Pd. I, Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus, (Malang: Nuha Litera: 2008), hal 44-46
[2]Drs. H. Mulyadi, M. Pd. I, Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus, (Malang: Nuha Litera: 2008), hal 46-48

[3]Drs. H. Mulyadi, M. Pd. I, Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus, (Malang: Nuha Litera: 2008), hal 48-52

[4]Drs. H. Mulyadi, M. Pd. I, Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus, (Malang: Nuha Litera: 2008), hal 52-63
[5]Drs. H. Mulyadi, M. Pd. I, Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus, (Malang: Nuha Litera: 2008), hal 63-71
[6]Drs. H. Mulyadi, M. Pd. I, Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus, (Malang: Nuha Litera: 2008), hal 71-87

Tidak ada komentar:

Posting Komentar